Laman

Sabtu, 03 Maret 2018

Poligami

4 syarat poligami

Poligami adalah salah satu di antara syariat Islam. Poligami juga adalah syariat yang banyak juga ditentang di antara kaum muslimin. Yang katanya merugikan wanita, menurut mereka yang memegang kaedah emansipasi perempuan.

Namun poligami sendiri bukanlah seperti yang mereka pikirkan. Para ulama menilai hukum poligami dengan hukum yang berbeda-beda. Salah satunya adalah Syaikh Mustafa Al-Adawiy. Beliau menyebutkan bahwa hukum poligami adalah sunnah. Dalam kitabnya ahkamun nikah waz zafaf, beliau mempersyaratkan 4 hal:

1- Seorang yang mampu berbuat adil

Seorang pelaku poligami, harus memiliki sikap adil di antara para istrinya. Tidak boleh ia condong kepada salah satu istrinya. Hal ini akan mengakibatkan kezhaliman kepada istri-istrinya yang lain. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Siapa saja orangnya yang memiliki dua istri lalu lebih cenderung kepada salah satunya, pada hari kiamat kelak ia akan datang dalam keadaan sebagian tubuhnya miring.” (HR. Abu Dawud, An-Nasa-i, At-Tirmidzi)

Selain adil, ia juga harus seorang yang tegas. Karena boleh jadi salah satu istrinya merayunya agar ia tetap bermalam di rumahnya, padahal malam itu adalah jatah bermalam di tempat istri yang lain. Maka ia harus tegas menolak rayuan salah satu istrinya untuk tetap bermalam di rumahnya.

Jadi, jika ia tak mampu melakukan hal itu, maka cukup satu istri saja. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “…kemudian jika kamu khawatir tidak mampu berbuat adil, maka nikahilah satu orang saja…” (QS. An-Nisa: 3)

2- Aman dari lalai beribadah kepada Allah

Seorang yang melakukan poligami, harusnya ia bertambah ketakwaannya kepada Allah, dan rajin dalam beribadah. Namun ketika setelah ia melaksanakan syariat tersebut, tapi malah lalai beribadah, maka poligami menjadi fitnah baginya. Dan ia bukanlah orang yang pantas dalam melakukan poligami.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka…” (QS. At-Taghabun: 14)

3- Mampu menjaga para istrinya

Sudah menjadi kewajiban bagi suami untuk menjaga istrinya. Sehingga istrinya terjaga agama dan kehormatannya. Ketika seseorang berpoligami, otomatis perempuan yang ia jaga tidak hanya satu, namun lebih dari satu. Ia harus dapat menjaga para istrinya agar tidak terjerumus dalam keburukan dan kerusakan.

Misalnya seorang yang memiliki tiga orang istri, namun ia hanya mampu memenuhi kebutuhan biologis untuk dua orang istrinya saja. Sehingga ia menelantarkan istrinya yang lain. Dan hal ini adalah sebuah kezhaliman terhadap hak istri. Dampak yang paling parah terjadi, istrinya akan mencari kepuasan kepada selain suaminya, alias berzina. Wal iyyadzubillah!

Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang memiliki kemapuan untuk menikah, maka menikahlah…” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

4- Mampu memberi nafkah lahir

Hal ini sangat jelas, karena seorang yang berpoligami, wajib mencukupi kebutuhan nafkah lahir para istrinya. Bagaimana ia ingin berpoligami, sementara nafkah untuk satu orang istri saja belum cukup? Orang semacam ini sangat berhak untuk dilarang berpoligami.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan orang-orang yang tidak mampu menikah, hendaklah menjaga kesucian (dirinya), sampai Allah memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya…” (QS. An-Nur: 33)

Demikian tulisan singkat tentang poligami. Poligami adalah syariat mulia yang bisa bernilai ibadah. Namun untuk melaksanakan syariat tersebut membutuhkan ilmu, dan terpenuhi syarat-syaratnya. Jika anda merasa tidak mampu memenuhi 4 syarat di atas, maka jangan coba-coba untuk berpoligami.

Kenalilah cinta karena Allah

Bagaimana cara mengenal cinta kita karena Allah??

Tanya:
Assalamu'alaikum Wr Wb
Umy...saya mau curhat dong..saya adalah siswa kelas tiga disalah satu SMA.akhir akhir ini ada yang berubah dalam hidup saya. disekolah ada seorang teman lelaki, selama tiga tahun saya sekolah di SMA tidak pernah merasakan sesuatu yang berbeda. namun disaat akan perpisahan ini tiba tiba ada perasaan yang mengganggu saya. seperti gelisah, saya jadi sering memikirkan teman saya itu. namun saya takut jika yang saya rasakan ini justru menjerumuskan saya pada perbuatan dosa. 

pertanyaan saya : 
bagaimana membedakan cinta kita benar benar karena Allah atau bukan?

trims
Yani,cikarang

Jawab:

Wa'alaikumsalam Wr Wb
Saudari Jessica yang dirahmati Allah SWT,
Cinta itu fitrah yang pasti dirasakan oleh setiap manusia..namun kita perlu tetap waspada agar cinta yang semestinya menjadi anugerah Allah jangan sampai terkotori dengan hal hal yang tidak di ridhoi oleh Allah.

rasulullah pernah bersabda:
”Barang siapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan mencegah karena Allah, maka ia sudah menyempurnakan iman.” (Dishahihkan oleh al-Albani).

Coba bayangkan betapa indahnya jika cinta kita berorientasi kepada ridha Allah, karena pada hakikatnya cinta berasal dari Allah Swt. Sangat layak dan sudah semestinya kita mencintai karena Allah. Bukankah hanya Allah-lah yang dapat membuat kita jatuh cinta?

Jika kita sudah mulai merasa ada kerinduan, sering mengingat ingat, membayangkan, berharap selalu dekat pada seseorang maka sebenarnya itu sudah mewakili ciri ciri jatuh cinta lho.. :)

maka kita harus cepat menghadirkan kesadaran kita untuk menimbang nimbang apakah ini ini cinta yang di ridhoi Allah atau mungkin inilah cinta yang dibenci Allah.

Untuk menimbangnya kita bisa melihat perubahan sikap kita dalam mencintai,
kalau cinta yang di ridhoi Allah kita pasti merasakan :
1. Pergantian sikap negatif dari dalam diri menjadi positif.
2. Kadar keimanan dan frekuensi ibadah semakin meningkat.
3. Mengerjakan yang ma'ruf dan mencegah yang munkar.
4. Selalu bertindak sesuai syari'ah dalam setiap perbuatan.

Jika tanda-tanda tersebut telah ada dalam diri kita, berarti cinta kita termasuk yang diridhoi Allah. jika ternyata yang terjadi adalah kebalikannya...maka Waspadalah ! waspadalah ! :)
Wallahu a'lam bishawab.

Umy Bunga Nur Nisa

Menjemput jodoh

 4 Proses Menjemput Jodoh

Syarat utama adalah kita yakin Allah akan berikan kita pasangan.

Ia ada dalam firman Allah,

“Maha suci Allah yang menjadikan kejadian semua berpasangan dari sesuatu yang tumbuh di bumi, dari mereka (manusia) dan dari sesuatu yang mereka tiada mengetahui.” (Surah Yaasin: 36)

 

Banyakkan berdoa

Antara yang menghijab kita daripada bertemu jodoh adalah kurang berdoa.

Berdoa untuk jodoh yang soleh dan dibimbing Allah menjadi jodoh yang solehah walau daripada kecil.

Adakalanya pemakbulan doa itu mengambil masa. Justeru, penting berdoa sejak kecil.

Berdoa tiap kali selepas solat.

Disarankan berdoa bersama ibu bapa dan keluarga, supaya energi doa itu menjadi lebih kuat dengan izin Allah.

Sebaiknya tiap kali berdoa, beristighfar terlebih dahulu, selawat kemudian nyatakan doa secara spesifik.

 

Kenali tanda-tanda Allah

Daripada kisah di atas, selepas 7 hari mereke berdoa, ada surat jemputan yang datang ke rumah mereka.

Ia berkemungkinan besar adalah salah satu tanda-tanda Allah untuk memakbulkan doa kita.

Justeru, selepas berdoa penting peka dengan tanda-tanda yang Allah.

Walau sekecil zarah pun, syukuri atas tiap-tiap tanda Allah itu walau kelihatan remeh.

 

Sedekah untuk tingkatkan potensi pemakbulan

Walau tanda-tanda Allah sudah mereka dapat, mereka tetap bersedekah untuk meningkatkan potensi pemakbulan doa. Supaya anak perempuan itu mendapat jodohnya.

 

Lalui situasi itu

Setelah berdoa, kenali tanda-tanda Allah, dan sedekah, lalui situasi itu.

Seperti kisah di atas, anak perempuan itu pergi sahaja ke reunion itu walau tiada kawan-kawan yang sebatch dengannya yang datang.

Dengan doa, dia bertemu jodohnya di situ.

Dia berkawan dengan lelaki yang ditemui di reunion itu, dan alhamdulillah selepas 3 bulan, mereka bernikah.

Insya-Allah apabila mengamalkan 4 perkara di atas, ada sesuatu yang akan terjadi.

Allah tidak akan pernah mengecewakan hamba yang mengangkat tangan berdoa kepada-Nya.

Umy Bunga Nur Nisa