Laman

Jumat, 02 Maret 2018

Ada cerita dibalik cerita

Ada cerita di balik cerita

Suatu ketika aku yang sedang merenung dalam heninganya malam, dimana malam itu aku duduk sendiri taka da satu orangpu yang menemaniku, hujan yang deras menyelimutiku.
Dimalam itu aku berpikir apa aku sanggup menjalani hidup ini tanpa satu orangpu yang tahu akan sebuah perasaanku, aku hanya bias menatap dalam relung relung kehidupanku, air mata yang selalu menemaniku setiap saat, aku tak pernah berhenti untuk selalu memohon ampun .
Aku hanya bias berkata atas kesalahan dan dosa yang telah aku perbuat dan terlalu banyak cerita dalam hidupku,sehingga akupun tak tahu siapa diriku sebenarnya.
Mungkin aku wanita bodoh yang pernah aku lakukan dalam hidup ini, aku yang terlalu lemah dan terlalu lembut sehingga aku sendiri tak pernah tahu saat aku merasa tersakiti, aku tak pernah sadar bahwa aku telah melakukan kesalahan yang sanget besar.
Saat itu dan waktu itu aku dibutakan oleh cinta dan perasaaku sendiri.
Dulu aku masih kuliah usia yang sangat masih muda aku selalu diberikan cobaan dan ujian karena selalu merasakan rasa sakit hati dalam kegagalan bercinta, sehingga kegagalan itupun selalu menyertai hidupku dengan berulang ulang, gagal bercinta,gagal dalam berhubungan tunangan,gagal dalam merencanakan pernikahan sehingga akupu gagal dalam pernikahan, pernikahanlah yang membuat aku semakin lemah.
Mungkin tidak banyak wanita yang akan bias menerima dan sanggup menjalani kehidupan seperti apa yang aku alami, tapi banyak orang yang berkata aku adalah wanita hebat dan luar biasa tapi kenapa aku selalu dihantui dengan kesalahan dan kelemahan yang sudah aku lakukan.
Dulu disaat aku sudah menjadi seorang istri aku yang tak pernah merasakan suatu hal jika memang aku tersakiti, tapi aku lebih mementingkan perasaan orang lain ditimbang perasaan aku sendiri sehingga aku tak sadar bahwa dihari itu aku sedang dalam posisi tersakiti,tapi semua itu aku tak menyadarinya.
Aku yang sedang menjadi seorang istri dan calon ibu dari anak yang aku kandung,tapi aku diberikan ujian yang dahsyat yang tak pernah menyangka akan seperti ini.
Di hari itu ku diberikan beberapa pilihan yang tidak bias aku lakukan, aku sangat dilemma karena disaat itu aku dan dia dalam posisi yang sama,posisi dimana kami membutuh satu orang sama, aku tak mau egois yang memikirkan aku sendiri, yang tak mau kehilangan sang suami disaat aku sedang hamil,aku tak mau anakku lahir tanpa seorang ayah aku masih membutuhkan dia sebagai sosok imam,suami dan calon ayah buat anak kami, tapi posisi itupun ada dalam wanita lain,aku tak mungkin membiarkan wanita itu menahan penderitaan sendiri tanpa seorang suami, dia yang membutuhkan orang yang sama,dan calon ayah yang sama anak yyang dia kandung.
Saat itu aku berpikir apa keputusan aku benar,apa keputusan aku tidak salah??aku dilemma, aku tau tersakiti dan menyakiti,karena aku dan dia seorang wanita yang sama sama mengandung anak pada ayah yang sama.
Aku bersujud,aku berdoa aku menangis untuk selalu minta petunjuk padaNya aku meminta ridho padaNya,aku meminta restu pada kedua orang tua dan mertuaku,walaupun itu sulit bagiku untuk semua ini,tidak ada sedikitpun yang menentang dalam hati dan pikiranku,aku wanita yang lemah dan bodoh.
Disaat itulah aku selalu menangis kenapa aku sangat lemah harus menerima wanita lain dalam kehidupanku,hanya karena aku tak mau dikatakan egois,tapi dia seorang wanita akupun seorang wanita yang tak mungkin aku menyakiti dia dan tersakiti.
Aku hanya berserah diri Ya Allah kalau ini adalah tindakan yang salah bagiku mohon berilah petunjukMu tentang kebenaran,tapi jika ini adalah tindakan yang benar bagiku mohon berilah kekuatan dan kesabaran untukku.
Diwaktu itu aku mengucapkan bismillah untuk berkata sesuatu pada seseorang yang sudah menjadi suamiku, aku hanya bisa mengatakan padanya,kalau aku siap untuk kau poligami,walaupun berat rasanya tapi ini harus yang aku lakukan,demi kebaikan aku dan dia demi anak aku dan kamu demi anak dia dan kamu,aku harap kamu jangan mengucap sedikitpun untukku, aku bersedia untuk menjadi istri pertamamu,asalkan kamu harus berlaku adil padaku dan dia begitupun anak anakmu.
Dimana hari sudah gelap,waktupun semakin malam,diluar sana hujan sangatlah deras,aku yang sedang merenung,apa salah dan dosaku y Allah, dimana letak kesalahanku y robb,aku hanya wanita yang lemah tak berdaya,aku yang hanya selalu bersujud padaMu,aku yang tak pernah merasakan  rasa sakit dalam hatiku dan pikiranku, aku yang selalu memikirkan perasaan orang lain ditimbang aku merasakan kepedihanku sendiri.
Y Allah aku rela dan ikhlas jika ini kehendakMu,aku menjadi istri pertama bagi suamiku,berkahilah apa yang sudah menjadi keputusanku.
Disaat itu aku datang pada ibu dan ayahku, untuk meminta doa restu pada mereka, aku cium tangan mereka aku minta maaf pada mereka atas kesalahan dan dosa yang sudah aku lakukan sebagai anak,entah dari mana aku harus bercerita pada mereka entah apa yang harus aku katakana pada mereka, aku tak sanggup melihat kekecewaan setelah apa yang aku lakukan dalam mengambil keputusan, tapi aku yakin bahwa apa yang aku lakukan ini yang terbaik untukku,walalupun aku tahu bekum tentu yang terbaik dimata Allah.
Hanya bisa mengucapkan kalimat bismillah untuk aku ceritakan dan memohon doa restu pada mereka.
Hati ini tersa sesak dan sulit untuk bernafas, mulut ini terkunci tak bisa mengucapkan sedikitpun,air mata yang terus menerus membasahi pipi, dan pelukan hangat mereka aku rasakan begitu berat dan enggan untuk aku ceritakan. Keningku dicium hangat oleh mereka, air mataku dibasuh oleh tangan yang amat lembut.
Y Allah kenapa aku sulit untuk berkata pada mereka, Y Allah berikanlah aku kekutan dan keberanian untuk semua ini, aku peluk mereka sambil berkata,”ibu ayah, maafkanlah aku sebagai anakmu, mungkin saat ini aku menjadi wanita yang lemah dan bodoh yang sudah aku lakukan,tapi aku mohon ibu dan ayah ijinkan aku untuk mengatakan semua ini”.
Setelah malam itu aku menceritakan semua apa yang telah terjadi, walaupun terasa sulit bagiku,dan bersikeras mereka tidak merestui apa yang sudah menjadi keputusan aku, aku hanya bisa memohon dan meminta semua ini demi anak yang aku kandung, dan pada akhirnya mereka menyetujui apa yang sudah aku lakukan, walaupun sulit untuk mereka terima,amarah,emosi yang sudah menyelimuti mereka pada suamiku, tapi aku meyakini mereka supaya mereka bisa menerima apa yang sudah terjadi pada suamiku.
Dihari yang beda, aku datang pada mertuaku, dan aku melakukan hal yang sama,aku harus meyakini mereka dan membujuk untuk menyetujui akan keputusanku,ya walaupun berat dan suli untuk semua ini, tapi ini sudah menjadi keputusan yang aku ambil.
Disaat waktu yang sulit menemaniku, entah apa yang aku ingin lakukan diwaktu itu, aku yang hanya menjadi wanita lemah dan bodoh,tapi aku tak bisa berbuat apa apa, tangisanlah yang selalu menemani aku setiap saat.
Setelah waktu itu tiba, apa yang menjadi keinginanku pun datang, suami yang aku cintai menikai wanita lain, aku hanya bisa tersenyum di atas luka, aku hanya bisa tersenyum dia kepedihan itu mengiringiku,.
Pernikahan itupun berlangsung,saat itu kandunganku sudah besar usia 7 bulan, aku tak mau mengecawakan calon anakku, aku harus tegar,tabah dan sabar supaya disaat lahir nanti dia bisa tersenyum melihat indahnya dunia.
Hari demi hari hari ku lewati bersama mereka dalam satu atap, aku selalu berbagi cerita dan canda pada mereka, mereka yang sudah membuatku selalu tersenyum,air mata yang selalu jatu menetes,dan aku selalu berkata jika ini takdir yang aku pilih aku hanya ingin mencari ridho Illahi, dan mencari keberkahan dalam rumah tangga aku suami dan dia.
Gelapnya hari menunjukan pukul 21.00 aku yang sedang sendiri duduk manis di dalam kamar,disaat inilah suamiku sedang berbagi dengan dia,air mata yang selalu menetes bukanlah penuh penyesalan,rasa sakit ataupun rasa cemburu,tapi aku berpikir aku sedang menjadi orang lain yang tak pernah mengenal goresan luka dihati,ku peluk erat dank u genggam apa yang menjadi milikmu,aku hanya bisa berkata,mungkin ini adalah sebuah takdir.
Dimala dan diwaktu yang sama aku merasakan suatu tendangan dari calon anakku,aku hanya bisa berpikir mungkin diapun bisa merasakn apa yang aku rasakan saat itu, aku harus memiliki hati yang tegar dan sabar, senyuman,senyuman dan senyuman itu selalu menghiasi hari hari ku.
Hari terus berganti,waktu terus berjalan,roda terus berputar,begitupun cinta yang suamiku miliki yang teragi setiap saat,setiap waktu dan setiap menit,saat aku bersama dengannya, aku seperti menjadi orang lain yang merasakan bukan suamiku yang dulu bukan suamiku yang selalu memberikan kasih sayang yang seutuhnya, bahkan aku meliat ada orang lain di dalam matanya,saat pelukan hangat itu ada dalam tubuhku,entah kenapa aku meraakan ada orang lain dalam tubuhnya,padahal dia sedang bersamaku,waktu,cinta dan kasih sayang sedang ada dalam genggamanku.
Aku hanya berusaha untuk tidak menjadi wanita lemah di depan mereka, aku hanya berusah a menjadi istri yang kuat bagi suamiku,aku hanya berusaha melakukan yang terbaik sebagai istri pertama bagii istri kedua dari suamiku, aku hanya berusaha selalu tersenyum dihadapan mereka.
Disuatu ketika waktu itu telah tiba aku telah melahirkan sang buah hati,dia adalah seorang putra yang kuat,aku beri nama dia “Arsya Pasca Ramdhan”, yang artinya adalah ketrurunan yang suci dibulan ramadhan yang memliki ketangguhan hatinya.
Aku sudah menjadi seorang ibu…panggilan “umy” yang membuatku terharu,aku lupa akan apa yang sudah terjadi dalam hidupku, aku yang sangat senang dan bahagia untuk menjadi perang sang umy, lelah yang aku rasakan telah terobati saat aku melihat malaikat kecilku,letih yang ku rasakan hilang seketika saat aku mulai bercanda dengan sang buah hati, luka yang ada dihatiku seketika hilang sirna saat ditengah tengah kami ada malaikat kecil, kebahagiaan itu menghapus semua apa yang aku rasakan.
Dua bulan usia anakku,hari hari penuh cerita dengannya, tak lama dari itu arsya anakku dan suamiku akan memiliki sang adik, istri kedua dari suamiku dia telah melahirkan sang malaikat yang sangat amat luchu, mereka memberikan nama “Andini Putri Permata” lengkap sudah kebahagiaan kami dikelilingi malaikat malaikat kecil yang sangat lucu,cantik dan tampan.
Kebersamaan dan canda tawa menemani kami, hari hari kami penuh dengan kasih sayang, semua yang aku lewati telah usai,rasa senang itu menyelimuti hatiku,terkadang aku berpikir apa ini yang dinamakan sebuah ikhlas yang aku jalni sehingga aku merasakan kebahagiaan dihatiku,kepedihan yang aku rasakan telah sirna,walaupun aku tahu bahwa ini adalah perbuatan yang sangat bodoh yang pernah aku lakukan, Allah telah menganugerahkan hati yang sangat luar biasa,tapi aku merasa aku menjadi wanita yang sangat lemah.
Waktu yang terus berputar hari yang penuh kebimbangan,disaat banyak orang yang menilai aku ada yang menilai aku sesuatu hal yang positif adajuga yang nilai aku negative atas apa yang sudah terjadi pada hidupku.
Tapi aku selalu bisa tersenyum untuk menghadapi semua ini, memang aku sadar aku adalah wanita yang lemah dan bodoh sudah melakukan hal yang konyol,ada orang yang berkata bahwa aku adalah wanita hebat dan luar biasa, tapi aku mencoba berpikir, aku tak sehebat dan luar biasa yang mereka nilai, karena aku masih belum sepenuh hati untuk menerima semua apa yang aku jalani,terkadang ketidak ikhlasan itu selalu menghantui aku, disaat suamiku tak bersamaku,disaat anaku butuh dia, disaat itu pula aku selalu berkata dalam hatiku apa ini yang dinamakan tidak ikhlas, disaat orang menilai aku, ko kamu mau di dua di poligami satu atap lagi,ko kamu lemah sih,kamu itu sedang tersakiti,ko kamu bisa sih berbuat seperti ini?? Pertanyaan itu dilontarkan padaku dari mulut mereka, aku hanya bisa tersenyum mungkin ini sudah takdirku,Allah sedang mengujiku,mungkin Allah sayang padaku,supaya aku lebih dekat lagi denganNya.
Disaat aku berpikir apa ini diriku sendiri atau aku orang lain, yang terkadang aku masih merasakan belum ada keikhlasan dalam diri ini, tapi terkadang akupun berpikr bahwa ini adalah takdirku Allah sayang padaku.
Pikiran itu selalu menggangguku,dalam kekosongan hatiku aku selalu bisa menangis,aku hanya bisa tersenyum untuk menjad=lani hidup ini.
Hari,minggu,bula,bahkan tahun silih berganti,waktu pun berputar seperti roda, saatku merasa ada yang membuat aku lebih kuat adalah sang buah hati, dialah penyemangat hidupku. Semakin waktu berjalan semakin besar pertumbuhan anakku,aku yang selalu terkadang memikirkan apa yang terjadi jika anakku tahu cerita hidup umy nya, apa dia akan bisa menerima bahwa dia memiliki dua orang umy satu ayah.
Pikiran ini selalu menggangguku, “Y Allah apa yang harus aku lakukan untuk membahagiakan anakku kelak dia tumbuh besar dan dewasa,disaat itu [ula aku memikirkan psikologis anak yang hari ssemaki besar.sku tsk mau anakku tumbuh dalam psikologis yang terganggu karena sebuah hinaan dan hujatan dari banyak orang tentang pernikahanku.
Cukup sekali aku mengalami depresi,sehingga aku tak mau dekat sama anaku sendiri,suami bahkan orang orang terdekat, tapi semua itu aku lewati dengan penuh perjuangan supaya aku bisa menerima anakku kembali dan suamiku,walaupun aku masih harus tetap menjadi istri pertama dalam pernikahanku,karena ini semua adalah keputusan aku saat itu tidak ada yang bisa menghalangi diwaktu itu.
Aku mengalah bukan berarti aku sudah tidak sanggup menjalani semua ini, tapi aku mengalah karena peduli akan perkembangan anakku,aku yang selalu memikirkan perkembangan anakku, tersirat aku berpikir apakah mereka bisa merasakan dan memikirkan apa yang aku rasa.
Saat perpisahan itu terjadi,aku ucapkan bismillah untuk memilih sendiri, aku hanya bisa berpikir kebahagiaan anakku bersama mereka, karena dia membutuhkan orang tua yang lengkap. Walaupun sedih,berat,sulit dan sukar untuk aku jalani tapi ini sudah keputusan aku demi perkembangan dan kebahgiaan anakku.
Setelah perpisahan itu berjalan 3 bulan, semakin terasa kalau aku sangat kehilangan mereka, sakitbta dengan rasa kehilangan karena 4tahun lamanya hidup bersama satu atap becanda,tawa,sedih,tegur sapa dan saling menyakiti itu sudah kita lewati, semakin hari yang aku lewati kekuatan aku menjadi seorang diri sangatlah lemah,sehingga aku tidak mau melakukan apapun itu termasuk kerja berteman bahkan bertemu siapapu,depresi yang kedua kalinya karena kehilangan, ibu dan ayahku mencoba dan selalu mencoba supaya aku bisa bangkit untuk melanjutkan kehidupanku selanjutnya, sampai sampai aku harus menjalani terapy psikiater yang kedua kalinya, saat perubahan itu terjadi pada diriku setelah terapi itu berjalan, aku merasa terlahir kembali, walaupun aku sudah berbeda bukan aku yang dulu, dari sebuah status pun berbeda.
Aku harus melewati semua ini dengan sendiridengan sebuah kekuatan yang miliki, dihari hari aku tanpa mereka,baru terasa bahwa kehilangan itu sangatlah sakit,aku yang tak pernah berpikir untuk membuka hatiku buat orang lain, tapi teman,saudara bahkan orang tuapun selalu berusaha untukku mencari pengganti suamiku dihatiku, sangat sulit bagiku untuk menerima orang lain dihatiku.
Masalah demi masalah, hinaan demi hinaan dan hujatan itu selalu datang silih berganti, status dan kehidupan yang berbeda maku hina dimata orang orang,beberapa kali aku selalu di datangi dengan rasa sakit kembali Karena pria, mereka yang selalu berusaha untuk memberikan kebahagiaan dengan mengenalkan ku pada lelaki lain, tapi kekecewaan itu selalu hadir dengan berbagai macam rasa.
Dalam keluargapun aku selalu terpojoki karena pernikahan yang aku jalani sehingga aku harus mengalami kesendirian seperti ini.
Dimalam hari dimana waktu semakin gelap, aku duduk termenung aku berpikir dan selalu bertanya kapan semua ini berakhir dengan kebahagiaan, kapan aku bisa merasakan kehangatan dalam berkeluarga lagi, apa salah aku Tuhan, disaat aku berbuat kebaikan untuk menerima seseorang dalam pernikahanku, disaat aku ingin menjadi hambaMu yang penuh kesabaran dan keikhlasan, tapi kenapa aku tidak pernah merasakan kebahagiaan seperti orang orang.
Entah kenapa waktu semakin berjalan rasa sakit ini begitu besar, orang yang aku sayangi sudah aku campakan,pertama aku membiarkan pernikahanku dimasuki orang ketiga,aku harus rela dan ikhlas jika suamiku sendiri harus berbagi bersama istri kedua, sekarang aku sedniri yang keluar dari kehidupan mereka sehingga aku harus mengorbankan anakku sendiri.
Apa aku wanita yang lemah dan bodoh atau aku seorang ibu yang jahat,entah pikiran ini sangat menggangguku, subhanaallah, entah apa yang terjadi pada diriku, kenapa aku seperti ini, kenapa aku menjadi orang yang sangat amat lemah, apa aku ini artinya aku menyesal apa yang sudah aku lakukan dalam hidupku,apa aku merasa bersalah dalam tindakanku seperti ini.
Setelah dua tahun perpisahan aku dan suami begitupun dia serta anakku, aku merasa bukan diriku yang sebenarnya. Dulu aku menganggap aku wanita lemah dan bodoh, tapi mungkin wanita lain belum tentu bisa melakukan tindakan yang sama seperti apa yang aku lakukan.
Sekarang dalam kesendirianku, aku menjadi wanita yang merasa aku bersalah seumur hidupku karena aku telah keluar dari kehidupan mereka, tapi dengan semua itu aku memilki pengalaman yang  dimana aku harus belajar dari sebuah pengalaman.
Disuatu hari aku bertemu seseorang dia yang sangat dewasa, dan diapun selalu meyakini aku dalam sebuah hubungan,dia mencoba meyakini kedua orang tuaku,tapi sayang lagi dan lagi selalu gagal, mereka selalu melihat dari segi pendidikan dan pekerjaan,usia yang sudah tidak muda lagi menjadi hujatan banyak orang dari segi usia dan status.
Aku mencoba untuk menutup diri, berusaha focus pada karierku, lagi dan lagi aku selalu dikenalkan dengan teman teman sehingga kegagalan dan kekecewaan itu selalu hadir dan hadir lagi.
Aku selalu melihat ke belakang disaat aku ingin melangkah tapi rasanya aku sulit dan masih merasakan takut dan trauma sehingga kegagalan itu selalu muncul dalam hidupku, walaupun kegagalan itu berasal dari orang tua ku yang antusias melihat dari pendidikan dan pekerjaan, tapi ini semua merasa tidak adil dalam hidupku.
Aku merasa kenapa hidupku tidak pernah merasakan kebahagiaan seperti yang lain diluar sana, padahal kata orang orang aku memilki pendidikan yang tinggi,keraan yang mulia,karierku yang bagus,temanku banyak, tapi kenapa aku selalu seperti ini, apa aku telah melakukan hal yang sangat fatal sehingga aku tidak pernah merasakan kebahagiaan, sehingga aku merasakan penyesalan dalam hidupku dalam pernikahanku dulu.
Empat tahun sudah aku dalam kesendirian, tapi perasaanku masih tetap sama selalu memikirkan masalaluku dalam pernikahanku dulu, apa masih ada yang mau menerima aku untuk dijadikan istri,semakin aku mendekati diriku pada sang pencipta semakin aku sadra dengan sebuah kesalahan terbesarku, dengan rasa ketidak ikhlasan ku dalam pernikahan yang sudah aku bangun dengan orang ketiga, tapi itu semua tidak bisa kau ulang dan akupun tidak bisa kembali pada mereka.
Beberapa bulan kemudian aku kenal sama seseorang lewat dunia maya,sudah beberapa kali aku takut, tapi kali ini aku merasa yakin bahwa ini adalah jodohku, sehingga aku meyakini orang tuaku, aku kenalan dalam waktu yang singkat, waktu dua minggu bukan waktu yang lama, kamipun belum pernah bertemu dan tidak tahu bagaimana fisik dia, orang mana,kerja dmana dan siapa dia, pertemuan pertama dia langsung bawa keluarga untuk ta’aruf, setelah ada kecocokan kami berlangsung pada jenjang tunangan,setelah itu kami pun berlangsung untuk menikah, perkenalan kami hanya dalam waktu satu bula pada pernikahan, kami tak pernah berpacaran mengenal satu sama lain setelah kami menikah.
Pernikahanpun berlangsung waktu semakin berjalan untuk lebih mengenal satu sama lain,setelah aku mengenal lebih dekat tentang suamiku, ternyata Allah mengirimkan seseorang untuk aku bombing, Allah ngasih tugas yang amat luar biasa, dulu aku dibimbing,dinasehatin tapi kini aku harus membimbing suamiku sendiri dan menasehati suamiku, setelah aku mengenal keluarga suamiku, semakin aku kenal semakin aku sadar, bukan harta dan materi yang aku cari tapi aku butuh perhatian dan aku butuh kepedulian dari sang mertua, tapi aku tidak dapatkan semua itu, yang aku dapatkan masalah,masalah dan masalah, sehingga pernikahan kamipun selalu di ikut campurkan orang tua dan mertuaku sendiri, karena tidak ada rasa ketegasan,kebijakan,kedewasaan dalam suamiku sendiri, aku memang kuliah, aku memang memiliki ijazah s1 tapi bukan berarti aku harus kerja, disini aku sudah menjadi seorang istri maka dari itu aku harus patuh dan taat pada suamiku, karena dia yang berhak atas diriku dia pula yang menafkahi aku sebagai seorang istri.
Tapi disisi lain aku ingin berbakti pada orang tuaku, tapi posisiku sangat dilemma, suamiku yang tak bisa tegas,sedangkan orang tuaku menginginkan aku untuk bekerja, walaupun aku tak bekerja Allah memberikan cara lain untuk aku selalu bisa membagikan ilmu yang aku miliki.
Dengan sendirinya orang tua siswa datang satu persatu untul memnita kau membimbing anak anaknya dirumah, dan pada akhirnya semakin hari semakin banyak itu berkah buatku.
Aku yang bercita cita menginginkan punya sekolah sendiri, semoga semua tercapai.
Dalam pernikahanku yang suda empat tahun, aku selalu dirundung kesediahan, beberapa kali aku selalu gagal untuk memberikan keturunan pada suamiku, entah kenapa saat aku bersama dengannya dan disaat aku memberikan apa yang miliki, aku terasa berat dan sulit aku berikan, sehingga aku sadar kalau aku yang sangat bersalah dalam masalaluku, sehingga aku tak bisa membahagiakan suamiku saat ini, aku tak bisa melayani dia secara bathiniah entah kenapa seperti ada orang lain dalm hatiku, orang lain itu bukan orang yang baru aku kenal tapi bukan orang yang ketiga baru muncul dalam kehidupanku, tapi orang ini adalah orang yang pernah mengisi hati dan kehidupanku yang sangat berarti bagiku, dia yang mengajarkan aku tentang sabar,ikhlas dan selalu tawakal padaNya.
Dia yang selalu ada dalam pikiranku sampai detik ini,dia yang sudah memberikan banyak arti dan makna tentang kehidupan bagiku, dari kebahagiaan dan kesedihan sehingga aku harus sanggup menerima orang ketiga dalam hidupku, sehingga detik ini aku sangat menyesal akan hal itu.
Apa aku harus melakukan hal sama seperti halnya pernikahanku yang sebelumnya, pernikahanku sudah mau lima tahun berjalan, pernikahanku selalu di iringi dengan sebuah emosi,amarah dan pertengkaran yang hebat, entah karena sifat yang kekanak kanakan yang membuatku jenuh, ketidak dewasaan yang mebuat aku semakin terpuruk, ketidak tegasan yang membuat aku semakin berani.
Tiga kali sudah aku lewati tentang keguguran, sampai akhirnya di usia kandunganku yang enam bulan aku harus kehilangan calon anak,sampai aku berpikir, mungkin ini hukuman buatku yang sudah meninggalkan anak dan suamiku tanpa dosa? Pikiran itu selalu menggangguku, tapi aku mencoba untuk menghapus pikiran itu demi suamiku, sehingga aku berpikir apa aku tidak bisa memiliki keturunan lagi untuk suamiku.
Disaat aku kehilangan calon anak di usia enam bulan Allah menganugerahkan malikat kecil untuk aku didik dan bombing, aku wanita yang sangat amat bersyukur ada jalan dan cara untuk aku bisa memilki anak,ya walaupun bukan dari rahimku sendiri, aku merasa ini rezeki buat aku sesuatu yang sangat luar biasa, sang putri malaikat kecil yang menemani ku dalam kesehari hariku.
Sempat terbersit dalam pikiranku, apakah aku harus membiarkan suamiku menikah lagi untuk mendapatkan keturunan, jika ini harus terjadi lagi yang kedua kalinya dalam pernikahanku tentang ‘POLIGAMI’, tapi masih bertanya Tanya dalam hatiku, apakah ini bisa aku lewati, apa suamiku bisa bersikap tegas,dewasa dan bijak, sifat kekanak kanakannya hilang, dan dia bisa berlaku adil??
Entah kenapa dalam kehidupanku begitu penuh warna yang sangat suram,Allah ngasih tugas yang snagat terbesar buatku adalah membimbing suami, aku sudah gagal menjadi istri yang baik, karena amarah dan emosi selalu datang tiba tiba setiap saat.
Disaat itu peretngkaranku yang sangat hebat, sampai aku berulang ulang ingin pisah darinya, tapi hati kecilku menentang aku gam au gagal yang kedua kalinya, disaat itu saat dimana aku sedang terpuruk ada orang ketiga yang memasuki dalam hidupku, aku bermain api dengan temanku sendiri, aku menangis dan menangis karena aku sangat menyesal aku telah melakukan hal yang sangat bodo dalam hidupku.
Allah membukakan hati dan pikiranku, begitu baik nya suamiku yang tak pernah marah dan benci padaku, aku merasa bersalah, aku melakukan shalat taubat aku berserah diri padaNya aku memohon ampun aku bertaubat, aku memulai memperbaiki diriku, aku ingin belajar istiqomah.
Setelah aku hijrah pada penampilanku yang sangat syari aku hijrah ingin menjadi orang yang lebih baik,dan mejadi istri yang baik dimata suami, tapi cobaan itu selalu datang silih berganti, ketidak nyamanan aku dalam bertetangga,kehidupanku bersama keluarga suami, bahkan bersama keluarga aku sendiri, aku diberikan satu ujiam tentang ekonomi.
Tapi aku belajar yakin bahwa ini adalah cara Allah sayang pada umatnya, dimana aku harus lebih dekat lagi denganNya, dan belajar arti syukur atas nikmat yang Allah berikan,arti kesabaran dari apa yang Allah berikan pada aku, arti keikhlasan apa yang sudah Allah kasih.
Tapi aku yakin bahwa ini adalah ujian yang Allah berikan padaku, karena Allah memberikan sesuatu sesuai dengan kemampuan umatnya.
Hati kecilku masih belum merasa tenang, walaupun aku dan suami merasa bahagia memiliki putri malaikat kecilku ditengah tengah kami, tapi aku masih merasa menjadi wanita yang amat banyak kekurangan, yang tidak bisa memberikan arti kebahagiaan pada suamiku dengan tidak memiliki keturunan dari rahimku sendiri.
Aku hanya ingin melihat suamiku bahagia dengan cara dia menikah lagi, tapi apa aku sanggup untuk melakukan hal ini lagi yang kedua kalinya?
Disaat aku di fitnah disitu aku dihina karena aku tidak bisa mengurus anak aku sendiri sehingga anakku ada ditangan ayahnya. Tapi kenapa hinaan itu tertuju pada masalaluku, kenapa harus anak dan suamiku yang dulu terbawa dalam masalah ini.
Apa ini adalah hukuman buatku aku telah pergi dari kehidupan mereka.

Ini adalah kehidupanku yang tak akan pernah berhenti dalam sebuah masalah dan kesalahan yang sudah aku lakukan.
Penyesalan memang selalu datang terakhir, tapi bukan berarti tidak ada kesempatan buat kita berubah menjadi lebih baik.
Cerita ini maasih tersimpan belum sepenuhnya aku menceritakan…
Ada cerita dibalik cerita…
       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar