Di malam hari gadis itu shalat
meminta dan memohon pada-Nya.
“Ya Rabb, aku tau apa yang
terjadi itu semua atas kehendak-Mu,aku tau masalah demi masalah itu datangnya
dari-Mu,aku tau kebahagiaanpun itu datangnya dari-Mu, tapi sampai kapan aku
akan menjalani hidup seperti ini, hanya kekecewaan,kepediahan,cemoohan karena
usiaku,hanya menjadi hujatan banyak orang,sehingga orang tuaku saja ikut andil
di dalamnya untuk selalu menuntut akan pernikahan, Ya Rabb, jika aku bisa
memilih aku menginginkan hidup tenang, apakah dengan hijab ini ujian akan selalu
datang, apakah dengan hijab ini semua para wanita harus merasakan
kepedihan,dimana keadilan untuk para wanita yang berhijab, hanya pada-Mu aku
memohon petunjuk atas keRidhoan dari-Mu, Aamii Ya Rabbal Alalmin”.
Air mata terus berlinang,
meratapi kehidupan yang begitu pedih hanya penuh kesalahan dan dosa yang di
sesali oleh sang gadis itu, mungkin jika dia tak mengalami masa lalu yang buruk
hidupnya sekarang tak akan seperti ini.
Tapi dengan rasa penyelasan sang
gadis itu selalu berkata “apa aku pantas untuk berhijab sedangkan masa laluku
memamlukan?” hanya pertanyaan itulah yang selalu mengganjal dalam pikiannya.
Sudah beberapa pria yang datang
pada kehidupannya hanya sebuah janji yang mereka perbuat,hanya rasa sakit dan
kecewa yang selalu dia rasakan.
Cinta dan Hijab yang membuat dia
selalu menjadi beban dalam hidupnya, karena cinta dia selalu menjadi korban
janji, hanya sebuah kekecewaan,karena hijablah dia selalu meminta perlindungan
dari-Nya, jauh dari larangan-Nya, hanya karena hijablah dia selalu mengenal
kata sabar dan ikhlas.
Hari demi hari, waktu demi waktu
telah berlalu, seiringnya berjalan sang gadis itu bertemu dan berkenalan dengan
seorang pria seorang polisi,begitu bangganya Ibu gadis itu karena akhir-akhir
ini yang menghampiri anaknya mereka yang di harapkan olehnya,
TNI,Polisi,Perhutani, walaupun sudah beberapa kali anaknya mengalami kegagalan
dan kecewa karena cinta, tapi sang Ibu selalu mendoakan.
Tapi sayang begitu mirisnya sang
gadisnya ini berkenalan dengan seorang Polisi, saat dia sudah bertunangan,sudah
menentukan hari pernikahannya, gedung sudah di siapkan tinggan undangan yang
belum disebatluaskan.
Tapi Allah berkata lain, sang
Polisi itu telah menyakiti gadis tersebut karena dia selingkuh dan menghamili
gadis lain.
Kecewa,kecewa,dan kecewa yang dia
alami, sampai kapan kekecewaan ini berkahir,sampai kapan harapan untuk menikah
ini akan terkabulkan,sampai kapan mereka diluar sana berhenti dengan
hujatan-hujatan pada gadis itu.
Di malam hari, Ayah,Ibu dan gadis
itu berkumpul membicarakan usia dan kehidupan anaknya.
“Ayah, sampai kapan aku seperti
ini terusm hanya kegagalan dan kecewa yang aku hadapi yah, sampai kapan mereka
berhenti menghujat aku,aku sadar yah, usiaku sudah tak muda lagi, hanya doa dan
usaha yang bisa aku lakukan, doa setiap saat Allah mengabulkan dengan aku
bertemu dengan mereka, tapi usaha itu gagal terus yang ada aku kecewa terus
menerus yah.”
“Nak, janganlan kamu putus asa
sayang, Allah sayang padamu, dengan cara inilah Allah membuktikan mereka bukan
yang terbaik buat kamu nak”.
“Ibu malu teman-teman ibu anaknya
sudah menikah,bahkan sudah ada yang punya cucu, kamu kapan, usia kamu sudah
lebih dari 25th”.
“Ibu hanya memendam rasa
malu,tidak pernah merasakan perasaanku seperti apa, hanya karena malu Ibu
selalu menuntu aku seperti ini”
“sudahlah Bu, kasian anak kamu
dia sudah berusaha untuk membuktikan keinginan Ibu, tapi hasilnya selalu gagal,
kita serahkan semua pada-Nya, mungkin Allah punya rencana lain buat anak kita”
“ah, kamu sama ayah kamu tidak
pernah mengerti perasaan ibu yang malu, setiap kali ibu bertemu dengan
teman-teman ibu, mereka selalu bertanya kapan anak ibu nikah? Kamu tidak
mengerti ibu ingn sekali memiliki menatu dan cucu darimu”/
Iya, tapi semua itu ada waktunya
bu, tidak bisa hari ini ada, semua atas kehendak-Nya, yang penting anak kita
sudah berusaha”.
Sambil mendengar perbincang
mereka di depan gadis itu, gadis itu mengeluarkan air mata dan pergi ke
kamarnya, lalu dia mengeluarkan buku diarynya untk dia tulis.
“my diary,lagi,lagi dan lagi
ibuku hanya merasa malu pada teman-temannya karena aku belum saja menikah,
diary, jika aku bisa memilih aku ingin pergi dari rumah,jika aku bisa
melakukannya, aku ingin melepas hijabku, tapi kenapa begitu sulit aku lakukan
untuk semua itu diary’.
Hanya sajadah yang bisa
menemaninya disaat dia sedih, hanya sajadalah yang bisa menenangkan hatinya,
untuk berkomunikasi dengan Allah, hanya dengan sajadalah dia bisa melantunkan
ayat-ayat suci, hanya sajadalah saksi hidup dia,dan hijablah penyambung semua
itu.
“jika aku bisa memilih di antara
Cinta dan Hijab, aku ingin memilih Hijab yang tak pernah kenal akan sebuah
Cinta, jika aku mengenal Cinta mungkin aku tidak akan pernah mengenakan Hijab.
“Ya Rabb, hanya pada-Mulah aku
bersujud, hanya kepada-Mulah aku berserah diri, karena kesedihan dan
kebahagiaan hanya Engkau yang berkehendak atas semua, kini aku sadar, tanpa-Mu
aku tak akan bisa mengenal begitu besar arti kesabaran dan keikhlasan, begitu
besar arti taubat dalam diriku,Ya Rabb, tanpa Hijab aku tak tau apa yang terjadi,tanpa
hijab aku tak tau apa yang akan ku lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar