Laman

Kamis, 15 Januari 2015

Cinta dan Hijab (Part 5)


Di malam hari gadis itu shalat meminta dan memohon pada-Nya.
“Ya Rabb, aku tau apa yang terjadi itu semua atas kehendak-Mu,aku tau masalah demi masalah itu datangnya dari-Mu,aku tau kebahagiaanpun itu datangnya dari-Mu, tapi sampai kapan aku akan menjalani hidup seperti ini, hanya kekecewaan,kepediahan,cemoohan karena usiaku,hanya menjadi hujatan banyak orang,sehingga orang tuaku saja ikut andil di dalamnya untuk selalu menuntut akan pernikahan, Ya Rabb, jika aku bisa memilih aku menginginkan hidup tenang, apakah dengan hijab ini ujian akan selalu datang, apakah dengan hijab ini semua para wanita harus merasakan kepedihan,dimana keadilan untuk para wanita yang berhijab, hanya pada-Mu aku memohon petunjuk atas keRidhoan dari-Mu, Aamii Ya Rabbal Alalmin”.
Air mata terus berlinang, meratapi kehidupan yang begitu pedih hanya penuh kesalahan dan dosa yang di sesali oleh sang gadis itu, mungkin jika dia tak mengalami masa lalu yang buruk hidupnya sekarang tak akan seperti ini.
Tapi dengan rasa penyelasan sang gadis itu selalu berkata “apa aku pantas untuk berhijab sedangkan masa laluku memamlukan?” hanya pertanyaan itulah yang selalu mengganjal dalam pikiannya.
Sudah beberapa pria yang datang pada kehidupannya hanya sebuah janji yang mereka perbuat,hanya rasa sakit dan kecewa yang selalu dia rasakan.
Cinta dan Hijab yang membuat dia selalu menjadi beban dalam hidupnya, karena cinta dia selalu menjadi korban janji, hanya sebuah kekecewaan,karena hijablah dia selalu meminta perlindungan dari-Nya, jauh dari larangan-Nya, hanya karena hijablah dia selalu mengenal kata sabar dan ikhlas.
Hari demi hari, waktu demi waktu telah berlalu, seiringnya berjalan sang gadis itu bertemu dan berkenalan dengan seorang pria seorang polisi,begitu bangganya Ibu gadis itu karena akhir-akhir ini yang menghampiri anaknya mereka yang di harapkan olehnya, TNI,Polisi,Perhutani, walaupun sudah beberapa kali anaknya mengalami kegagalan dan kecewa karena cinta, tapi sang Ibu selalu mendoakan.
Tapi sayang begitu mirisnya sang gadisnya ini berkenalan dengan seorang Polisi, saat dia sudah bertunangan,sudah menentukan hari pernikahannya, gedung sudah di siapkan tinggan undangan yang belum disebatluaskan.
Tapi Allah berkata lain, sang Polisi itu telah menyakiti gadis tersebut karena dia selingkuh dan menghamili gadis lain.
Kecewa,kecewa,dan kecewa yang dia alami, sampai kapan kekecewaan ini berkahir,sampai kapan harapan untuk menikah ini akan terkabulkan,sampai kapan mereka diluar sana berhenti dengan hujatan-hujatan pada gadis itu.
Di malam hari, Ayah,Ibu dan gadis itu berkumpul membicarakan usia dan kehidupan anaknya.
“Ayah, sampai kapan aku seperti ini terusm hanya kegagalan dan kecewa yang aku hadapi yah, sampai kapan mereka berhenti menghujat aku,aku sadar yah, usiaku sudah tak muda lagi, hanya doa dan usaha yang bisa aku lakukan, doa setiap saat Allah mengabulkan dengan aku bertemu dengan mereka, tapi usaha itu gagal terus yang ada aku kecewa terus menerus yah.”
“Nak, janganlan kamu putus asa sayang, Allah sayang padamu, dengan cara inilah Allah membuktikan mereka bukan yang terbaik buat kamu nak”.
“Ibu malu teman-teman ibu anaknya sudah menikah,bahkan sudah ada yang punya cucu, kamu kapan, usia kamu sudah lebih dari 25th”.
“Ibu hanya memendam rasa malu,tidak pernah merasakan perasaanku seperti apa, hanya karena malu Ibu selalu menuntu aku seperti ini”
“sudahlah Bu, kasian anak kamu dia sudah berusaha untuk membuktikan keinginan Ibu, tapi hasilnya selalu gagal, kita serahkan semua pada-Nya, mungkin Allah punya rencana lain buat anak kita”
“ah, kamu sama ayah kamu tidak pernah mengerti perasaan ibu yang malu, setiap kali ibu bertemu dengan teman-teman ibu, mereka selalu bertanya kapan anak ibu nikah? Kamu tidak mengerti ibu ingn sekali memiliki menatu dan cucu darimu”/
Iya, tapi semua itu ada waktunya bu, tidak bisa hari ini ada, semua atas kehendak-Nya, yang penting anak kita sudah berusaha”.
Sambil mendengar perbincang mereka di depan gadis itu, gadis itu mengeluarkan air mata dan pergi ke kamarnya, lalu dia mengeluarkan buku diarynya untk dia tulis.
“my diary,lagi,lagi dan lagi ibuku hanya merasa malu pada teman-temannya karena aku belum saja menikah, diary, jika aku bisa memilih aku ingin pergi dari rumah,jika aku bisa melakukannya, aku ingin melepas hijabku, tapi kenapa begitu sulit aku lakukan untuk semua itu diary’.
Hanya sajadah yang bisa menemaninya disaat dia sedih, hanya sajadalah yang bisa menenangkan hatinya, untuk berkomunikasi dengan Allah, hanya dengan sajadalah dia bisa melantunkan ayat-ayat suci, hanya sajadalah saksi hidup dia,dan hijablah penyambung semua itu.
“jika aku bisa memilih di antara Cinta dan Hijab, aku ingin memilih Hijab yang tak pernah kenal akan sebuah Cinta, jika aku mengenal Cinta mungkin aku tidak akan pernah mengenakan Hijab.

“Ya Rabb, hanya pada-Mulah aku bersujud, hanya kepada-Mulah aku berserah diri, karena kesedihan dan kebahagiaan hanya Engkau yang berkehendak atas semua, kini aku sadar, tanpa-Mu aku tak akan bisa mengenal begitu besar arti kesabaran dan keikhlasan, begitu besar arti taubat dalam diriku,Ya Rabb, tanpa Hijab aku tak tau apa yang terjadi,tanpa hijab aku tak tau apa yang akan ku lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar